Tongkat seorang nenek miskin yang berharga 1 milyar rupiah

Tua itu pasti, dewasa itu pilihan. Itu lah sebuah kata yang mepunyai makna yang begitu realita yang terjadi dalam hidup kita. Seseorang dikatakan tua jika sudah berumur 50 tahun ke atas, sedangkan seseorang dikatakan dewasa jika orang tersebut mampu menghadapi sesuatu masalah dan dapat menyelesaikannya dengan pikiran yang tenang dan dewasa.


Ngomong - ngomong masalah tua, disini ada kisah seorang nenek yang sudah tua, kulit sang nenek sangat keriput, yang jelas giginya tinggal sisa sedikit, pada saat berdiri sangat susah dan untuk melangkahkan kakinya sangat berat, pada saat berjalan sang nenek membungkukkan badannya yang ditopang dengan tongkat bambu buatan almarhum sang suami yaitu kakek, dengan melihat kondisi nenek ini lah gambaran bahwa sang nenek ini benar - benar tua dan sudah sangat berumur.

Suatu kali di hari minggu sang nenek ini pergi ke suatu Gereja untuk sembhayang, sang nenek ini dikenal jemaat disitu sangat rajin sembahyang dan berdoa, sang nenek ini tidak pernah terlambat dan sangat menghargai waktu ibadah yang sudah ditentukan oleh organisasi gereja tersebut. Tempat tinggal sang nenek lumayan jauh dari gereja yang berjarak hampir 500 meter yang ditempuh dengan berjalan kaki dengan bantuan tongkat, dengan cucuran keringat membasahi baju yang dipakainya dan sesekali sang nenek beristrahat jika terasa capek, walaupun sering kali sang nenek ini ditawarin untuk naik kendaraan jemaat yang melintas dan akan pergi ke gereja juga tetapi sang nenek tetap memilih ingin berjalan kaki. Dengan berjalannya waktu sang nenek akhirnya tiba di gereja, sesampainya di gereja muka nenek berseri - seri dan sangat gembira jika sudah tibah di rumah Tuhan atau gereja, dengan senyum sapa sang nenek menyapa penerima tamu dan para jemaat yang sudah duluan hadir di situ dengan kerendahan hati sang nenek mengucapkan Syalom,,,,,selamat pagi..Tuhan memberkati....itu lah kata khas yang sering diucapkan sang nenek jika sudah ada di gereja.

Tak terasa jam ibadah akan segera dimulai dan semua jemaat sudah duduk ditempat masing - masing sedangkan sang nenek duduk di kursi baris ke tiga dari depan dan ibadahpun segera dimulai dengan nyanyian pembukaan, doa pembukaan, nyanyian puji - pujian, kemudian doa firman Tuhan dilanjut dengan khotbah. Sang nenek dengan semangatnya memuji Tuhan dan mendengarkan firman Tuhan hingga akhirnya ibadah selesai dan di acara penutup diadakan kegiatan sumbangan dana untuk pembangunan renovasi gereja tersebut dimana kondisi bangunan gereja itu sudah sering kemasukan air jika hujan karena atap sudah banyak yang rusak, lantai gereja sudah banyak yang retak, dindingnya sudah goyang jika disentuh dan bagunan gereja itu memang sudah terlalu lama dan belum pernah direnovasi.

Oleh sebab itu jemaat membentuk panitia pembangunan untuk gereja dan mencari dana melalui sumbangan dari jemaat, tanpa membuang waktu ketua panitia maju ke depan untuk membuka penggalangan dana, satu persatu jemaat maju kedepan mengisi kotak dana pembangunan, ada yang memberikan sepuluh ribu, lima puluh ribu, sepuluh juta hingga seratus juta.

Dengan kerendahan hati sang nenek maju untuk memberikan sumbangan, namun yang disumbangkan adalah tongkatnya yang selama ini menjadi penopang sang nenek pada saat berdiri dan berjalan, tongkat tersebut diletakkan tepat di samping kotak dan semua jemaat kaget, sedangkan sang nenek kembali ke kursinya dengan sekuat tenaga tanpa topangan tongkat lagi, sang nenek tidak merasa sedih dengan kehilangan tongkatnya.

Pada saat itu kebetulan ada jemaat simpatisan yang datang beribadah di gereja tersebut dan orang tersebut merupakan pengusaha batubara yang terkenal di negara itu, pengusaha itu melihat sang nenek memberikan dan menyumbangkan tongkatnya dengan iklas dan tidak ada kekecewaan sama sekali di raut wajahnya, dimana tongkat itu menjadi penopang sang nenek saat berdiri maupun berjalan. Kemudian pegusaha ini tergerak hatinya dan di jamah oleh Tuhan dan tiba - tiba pengusaha ini berdiri dan langsung mengarah ke kotak tersebut bukan untuk menyumbang melainkan mengambil tongkat sang nenek tersebut dan dengan kerendahan hatinya pengusaha ini mengatakan bahwa tongkat ini saya sangat tertarik untuk membelinya dengan harga 1 milyar rupiah, semuanya jemaat kaget dan sang nenekpun menagis karena terharu bahwa apa yang kita berikan kepada Tuhan dengan iklas tanpa paksaan dan dengan senang hati maka Tuhan akan menghargai pemberian itu lebih tinggi walaupun rendah di hadapan manusia.

Kiranya cerita kisah sang nenek ini mampu mengubah hidup kita untuk memberikan dengan iklas tanpa menghitung apa yang sudah kita berikan kepada Tuhan, tetapi kita harus tetap bersyukur seberapa banyak berkat yang sudah Tuhan berikan kepada kita yang tidak bisa kita hitung berkat - berkatNya dalam kehidupan kita.

loading...